Selasa, 19 Januari 2010

Delapan Fakta Sejarah Kecantikan yang Aneh

http://www.kapanlagi.com/p/madu.jpg

AGAKNYA tidak berlebihan mengatakan, tidak ada yang tidak akan dilakukan perempuan demi kecantikan. Sejak masa 100.000 tahun yang lampau, kaum hawa di berbagai pelosok dunia telah melakukan berbagai ritual yang bisa dibilang ”gila” dan mencengangkan.

Simak sejumlah fakta kecantikan aneh sepanjang sejarah, seperti terangkum dalam buku 100.000 Years of Beauty dari L’Oreal berikut ini:

1. Istilah untuk seorang make-up artis dalam hiroglif Mesir berasal dari akar kata ‘’sesh” yang berarti ”untuk menulis, untuk mengukir.” Hal ini dikarenakan urusan mengaplikasikan make-up merupakan sesuatu yang cukup serius pada zaman dulu. Tingkat akurasi yang diperlukan untuk melukis bibir sama tingginya dengan tingkat akurasi yang diperlukan untuk menulis teks berupa sketsa simbol-simbol.

2. Parfum merupakan hal penting bagi peradaban Mesir, dan digunakan baik untuk kosmetik maupun keperluan medis. Sebagai contoh, Kyphi, salah satu parfum Mesir yang paling terkenal dan terbuat dari bunga, madu, anggur dan buah, juga dipersiapkan sebagai minuman untuk menyembuhkan masalah paru-paru, usus, serta hati.

3. Di Yunani kuno, pirang merupakan warna rambut favorit. Pasalnya, tidak banyak orang Yunani yang terlahir dengan warna rambut pirang alami, sehingga warna rambut pirang dianggap indah dan eksotis. Jadi tidak heran jika lantas banyak perempuan Yunani yang mewarnai rambutnya menggunakan ekstrak tumbuhan hingga arsenik! Mereka juga terbiasa mencuci rambut dengan campuran abu, minyak zaitun, dan air.

4. Urusan merawat kecantikan telah dilakukan kaum perempuan sejak zaman dahulu kala. Jika kita sekarang mengenal salon sebagai tempat perawatan kecantikan, perempuan di abad pertengahan menggunakan berbagai bahan alami untuk merawat tubuh. Misalnya, susu yang mengental diaplikasikan di atas jerawat, jus mentimun digunakan untuk menghilangkan bintik-bintik pada kulit, sedangkan jelatang yang telah direbus digunakan untuk menghaluskan kulit. Selain itu, kaum perempuan juga berusaha menghilangkan kerutan dengan bantuan salep yang terbuat dari lilin dan minyak almond, atau lemak buaya.

5. Di periode Heian, kecantikan perempuan Jepang diukur berdasarkan panjang rambutnya. Panjang rambut yang dinilai ideal pada masa itu yakni hampir dua meter lebih panjang dari pinggang. Mungkin ukuran inilah yang mengilhami teknologi hair extensions menjadi sangat digemari saat ini.

6. Pada era Renaissance, perempuan Itali menciptakan lipstik merah dan perona pipi dengan cara mencampurkan pewarna makanan merah, cendana atau sinabar, dengan lilin atau minyak. Proses pengaplikasiannya bisa dibilang rumit, namun warna merah yang dihasilkan bisa awet hingga lebih dari seminggu, bahkan jika wajah dibasuh setiap hari.

7. Bagi perempuan Spanyol di zaman keemasannya dulu, memiliki kulit putih dan mulus bak porselen merupakan nilai ukur kecantikan. Untuk mempertahankan kulit mulusnya, mereka bahkan rela memakan tanah liat, meskipun berisiko menderita anemia atau klorosis. Di akhir abad ke-18, anggota kekaisaran Perancis seperti Marie Antoinette juga terobsesi memiliki kulit mulus bak pualam. Mereka melakukan trik dengan mengaplikasikan lapisan tebal bubuk putih yang terbuat dari timah putih hingga talk–silikat magnesium terhidrasi untuk melumatkan tulang–yang dikombinasikan dengan lilin, lemak ikan paus, atau minyak sayur untuk menciptakan rias wajah berminyak yang melekat pada kulit.

8. Lipstik dianggap sebagai benda terpenting bagi perawat perempuan dalam angkatan bersenjata selama Perang Dunia II. Pertama, lipstik berguna untuk mengingatkan kaum perempuan bahwa mereka tetaplah perempuan selain sebagai anggota militer. Kedua, barangkali ada hubungannya dengan efek menenangkan yang ditimbulkan bibir berlipstik terhadap tentara laki-laki.

sumber: http://tidakmenarik.wordpress.com/2010/01/20/delapan-fakta-sejarah-kecantikan-yang-aneh/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar