Selasa, 01 Maret 2011

Alasan Pendirian Komunitas Yahudi Manado

Toar Palilingan Jr sudah hampir tak mengetahui asal-usul keluarganya. Sepengetahuannya, keluarganya merupakan keturunan Yahudi asal Belanda. Sembilan tahun sudah ia mencari tahu mengenai keluarga besarnya. Supaya mudah menemukan mereka, Palilingan mendirikan sebuah komunitas. Ia memberi nama Jewish Community North Sulawesi.

Dari komunitas inilah berkumpul keturunan Yahudi di seluruh daerah se-Sulawesi Utara. Komunitas persaudaraan ini kemudian terus berkembang hingga kini. Jumlah anggotanya sudah mencapai 200 orang. ”Saya pertama kali diajak untuk membentuk komunitas ini langsung bilang ke Raabi Yaakov Baruch agar tidak mencampur adukan yang namanya komunitas persaudaraan dengan doktrin agama,” kata kepala Divisi Informasi dan Komunikasi Komunitas Yahudi Sulawesi Utara, Irvan Grossman.

Raabi Yaakov Baruch merupakan nama Ibrani dari Palilingan Jr. Yaakov merupakan salah satu keturunan Yahudi yang pernah berada di Sulawesi Selatan. Sejumlah marga lain juga sudah turun-temurun di Manado, seperti Bolegraf, Van Beugen, dan Grosman.

Keberadaan mereka diperkuat dengan adanya sebuah bagunan Synagogue di jalan Garuda Kecamatan Wenang, dekat lokasi wisata kuliner Wakeke di Kota Manado. Synagogue ini sendiri merupakan rumah keluarga Bollegraf. Warga Sulawesi menyebut Bollegraf sebagai keturunan orang Borgo.

Komunitas Yahudi Sulawesi Utara dikenal masyarakat luas pada tahun 2006, setelah Tsunami Aceh. Kala itu komunitas ini mencarikan bantuan dari orang Yahudi di dunia. "Komunitas ini hanya melobi keturunan Yahudi di luar dan dalam negeri, termasuk negara Israel supaya membantu korban Tsunami Aceh. Dan berhasil," kata Grossman.

Pada tahun 2004, bagunan Synagogue didirikan lagi di daerah Tondano. Bagunan ini diberi nama Ohel Yaakov Synagogue atau Synagog tempat Yaakov. Leo Van Beugen, salah satu keturunan Yahudi di Sulawesi Utara, mengatakan eksistensi masyarakat Yahudi sudah sangat lama dan berbaur dengan masyarakat. Orang Yahudi biasanya sedikit pendiam dan minder bergaul, beberapa diantaranya kemudian memilih menanggalkan status keturunannya.

Mereka memilih mengganti marga dan memilih agama mayoritas daerah yang ditinggalinya. “Beralihnya marga dan agama ini dikarenakan warga keturunan ini mencoba bisa berbaur dengan masyarakat,” kata Opa Leo, yang juga juru kunci Synagogue Ohel Yaakov.

“Soalnya jika mereka tetap menggunakan nama maupun agama Yahudi maka sudah dipastikan para keturunan Yahudi ini semakin dikucilkan dalam pergaulan.” Seiring dengan keberadaan Raabi, masyarakat keuturunan Yahudi kembali menunjukan diri. Mereka beralasan Imam masyarakat Yahudi di Sulawesi Utara sudah ada.

Dari situ, warga keturunan Yahudi ini membentuk komunitasnya. Irvan Grossman mengaku komunitas menjadi wadah bagi mereka saling mengetahui asal-usulnya.Komunitas tak mau disangkutpautkan dengan agama Yahudi. “Yang jelas, Komunitas ini hanyalah komunitas para keturunan Yahudi bukan Agama Yahudi,” kata Grossman menerima dirinya sebagai orang Yahudi pada akhir tahun 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar