Selasa, 15 Maret 2011

Aneh, Grup-grup Band Alay Semakin Populer, Eksis dan Kaya


Ketika lima tahun lalu mencuat nama Kangen band dan ST 12 di pelataran musik Indonesia, secara serempak fokus penciptaan musik pop seolah berkibat ke mereka. Padahal jika ditelisik, baik kangen maupun ST 12 adalah epigon dari grup band Peterpan yang telah berjaya sejak awal era 2000-an. Kritik pun mulai mengangkasa : musik pop Indonesia mengalami kemunduran. Terminologi serampangan mulai berjejal di kalangan pengamat, yang menyebut musik mereka pop melayu atau pop mellow. Lalu muncul penyebutan “band alay”. Alay adalah istilah masa kini yang merupakan akronim “anak layangan” yang secara pemahaman sama dengan istilah yang pernah merebak pada masa sebelumnya seperti “kampungan”, “norak”, maupun “katrok”,.
Grup manakah yang kerap dikategorikan sebagai band-band alay? Misalnya : Kangen Band, ST 12, Matta, 9 Ball, Wali, Merpati, Republik, Vagetoz, Hijau Daun, The Potters, King kong, D’Bagindas, dll.
Tapi pelabelan semacam itu jika ditelaah lebih jauh, memang tidak fair. Apalagi kemudian disuarakan dengan gaya sinis dan bertendensi memojokkan musik melayu karena kuatnya cengkok melayu dalam lagu-lagu yang mereka. Betulkah genre yang mereka mainkan mengacu pada mahzab musik melayu?

Lirik Buruk
Di era sekarang, jumlah band sudah tak terhitung. Konyolnya, hampir semua memiliki karakter sama sehingga kualitasnya meragukan. Begitu pula kualitas lirik lagunya. Banyak yang sangat buruk dan dangkal. 

Coba simak lirik lagu Kangen Band “Jangan Menangis Lagi” :
kurasa aku cinta mati
wanitanya seorang pelacur
ku temukan di sudut malam

Lirik lagu yang kacau balau ini perlu dibandingkan dengan gaya bahasa yang ditulis Hengky MS dalam lagu “Kisah Seorang Paramuria” :
Mengapa semua manusia, menghina kehidupannya
Mencari nafkah hidupnya, sebagai seorang pramuria

Kelemahan lain adalah lirik yang menabrak estetika dan etika, juga kualitas berbahasa. Simak lirik “Egokah Aku”dari Wali Band :
Egokah aku memilikimu
Walau kutahu kau tak memilihku
Kuharap tuhan mencabut nyawamu
Agar tak ada yang memilikimu

Luar biasa. Betapa ngawurnya lirik lagu itu.
Selain salah dalam tata bahasa, seharusnya “egoiskah aku” dan bukan “egokah aku”, ditambah lagi ada frasa yang kurang ajar : “Kuharap Tuhan mencabut nyawamu. Agar tak ada yang memilikimu.”
Ini mah, menebar teror!
Dasar band alay! 

Ah, betapa indahnya jika musik Indonesia tampil dalam keragaman. Bukan keseragaman yang menyebalkan seperti yang kita tonton tiap hari di televisi.
Band-band (alay) memang berganti-ganti, tetapi pada dasarnya memiliki jati diri tunggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar